Hijrah.. Namaku Laila, aku hanya seorang wanita biasa lulusan SMA di sebuah desa terpencil daerah Sukabumi. Keseharianku hanyalah menulis catatan diary. Mulanya iseng ku posting di akun facebookku, lama-lama aku mulai menikmatinya. Yaa.. walaupun tulisanku kurang bagus dan standar, namun banyak yang menyukainya.
@muslimatinstitute |
Saat itu Dea, salah seorang kawanku. mengenalkan aku pada seorang pemilik perusahaan percetakan, Mas Hanif. Ia begitu ramah, sopan, dan cerdas. Saat berbincang pun ia selalu memuji karya-karyaku. Aku tak menanggapinya dengan serius, bagiku itu hanyalah sebatas penghargaan seorang raja pada seorang penulis amatir. Tapi Mas Hanif tidak begitu, ia sungguh mengagumi karyaku dan tanpa berfikir panjang ia memintaku untuk menjadi salah satu staff kreatif di percetakannya. Aku bimbang namun berbalut senang, terus terang.. tanpa kupertimbangkan akupun tak mengelak untuk menerima tawaran Mas Hanif. Mengingat sudah 2 tahun lamanya aku menganggur dan tak ada pekerjaan yang pas buatku.
Dua hari setelah itu, Mas Hanif membawaku ke Jakarta, kantor pusat miliknya. Sesampainya disana, puluhan pasang mata menatapku keheranan. Kuingat seorang pria jangkung menatapku tajam, aku pun merasa jadi ayam yang di incar elang. Dalam hati ku bertanya-tanya, lelaki itu terus menatapku. Apa ada yang salah dengan gayaku? Aku masih menyimpan pertanyaan itu hingga esok hari.. "Ya, rekan-rekan semua kita kedatangan teman baru disini, perkenalkan ini Laila dari daerah Sukabumi, yang akan bergabung dengan tim kreatif mulai hari ini, selamat!" Mas Hanif memperkenalkan aku dihadapan mimbar, aku tak bisa apa-apa selain menahan rona pipi yang mulai memasak. Setelah rapat selesai.. "Assalamualaikum. Laila ya?" suara halus dari salah seorang barisan lelaki memanggilku. "Ya" kujawab singkat dan kuingat-ingat jelas, rupanya lelaki itu ialah lelaki sama yang menatapku tajam. Namanya Adi, ia seorang sarjana manajemen, pantaslah ia menjadi manager di kantor Mas Hanif. Aku menjalankan pekerjaanku sesuai job, seiring berjalannya waktu, ku adaptasikan diri dengan orang sekitar.
Tiga bulan lamanya, penghasilanku sudah lumayan, bonusku pun bertambah, aku tak canggung lagi saat berbicara, mengingat Mas Hanif resmi mengangkatku menjadi ketua tim kreatif. Sejak pengangkatan itu, aku semakin dekat dengan Adi, bukan apa-apa, karena memang Adi kini mementori & mengevaluasi kinerjaku. Mau tak mau aku harus mau, tapi aku tak masalah selama ini soal pekerjaan. Tapi.. Hari demi hari aku merasakan hal yang berbeda, Mas Adi semakin dekat denganku. Bukan! Bukan urusan kantor, tapi juga urusan pribadi. Pernah ia mengirim pesan bernada perhatian, Laila sudah makan? Mau Adi antar pulang? Sholatnya jangan lupa yaa. Yaa begitulah.. aku sedikit tak nyaman memang. Aku tau mau bawa perasaan, karena dari pendidikan pun Adi jauh lebih unggul daripada aku, ia seorang sarjana sedangkan aku hanya lulusan SMA. Belum lagi jabatan, Adi seorang manager sedangkan aku seorang ketua tim kreatif. Memang tidak terlalu rendah, tapi aku tak mau kalau di cap sebagai wanita gatal nan penggoda. Naudzubillah. Walaupun, sedikit hatiku berbisik bahwa aku tertarik dengannya.
Makin hari Adi makin menjadi, ia seperti mobil yang kehilangan kendali, pernah ia mengirim pesan singkat, "Laila kutunggu kau ditaman nanti malam, ada yang ingin kusampaikan" Aku pun tak percaya dengan ucapannya, maka ku iyakan permintaannya. Saat ditaman, suasana begitu beda, ratusan lilin berbaris membentuk lambang cinta, aku tak mengerti, mungkin aku salah taman. "Tidak, memang disini, duduklah." Suara yang tak asing lagi kudengar dari balik tirai putih, rupanya Adi. Ia tampak berbeda, gayanya keren, dasi merah lengkap dengan jas hitamnya. "Maaf, ada hal penting apa yang akan disampaikan, sepertinya akan banyak tamu undangan yang datang." Tanyaku datar, "Tidak, ini hanya kita. Laila...." hatiku mulai tak karuan dengan semua yang ada di depan pandangan, dengan tenang Adi mengeluarkan sesuatu dari saku jasnya. Seperti cincin. "Aku mencintaimu Laila, maukah kau menjadi pacarku?" Oh... aku terhanyut dalam perasaan, senang bercampur bahagia kurasa hingga aku lupa kita hanya berdua ditaman.
Aku tak menggubris ungkapan Adi, tanpa kata ku berlari... "Assalamualaikum, Adi, terimakasih.. sempat ku berfikir untuk memilihmu. Tapi kurasa aku belum bisa menerimamu. Maaf, semoga kita mendapat pasangan yang terbaik." Pesan yang kutinggalkan untuk Adi di meja kantornya. Aku tau.. ucapku tak searah dengan suara hati, ku akui aku mengaguminya, tapi aku tak bisa.. tak bisa jika harus merasakan kebahagiaan sesaat dengan pacaran. Karena aku seorang muslimah, yang harus menjaga diri dari khalwat juga bungkusan cinta bernama pacaran. Maafkan aku Adi... Terkadang apa yang kita harapkan tak sesuai dengan keadaan, lelaki shaleh yang kita duga tak seperti kenyataan. Yakinlah jodoh sudah ada yang mengatur. Sehebat apapun lelaki yang kita kagumi, namun jika ia tak memiliki prinsip pasti untuk menikahi sahabat, maka lupakanlah dan ikhlaskanlah lelaki itu pergi :) Semoga kita tetap istiqomah menjaga hati dan diri :) #hijrahcinta #janganjatuhcintatapibanguncinta Ig : muslimahinstitute Manda Ina Agustina.
TOLONG di Sebarkan...Thanks
sumber:https://wwww.facebook.com/425031680900152
No comments:
Post a Comment